Peristiwa

Gegara Kata Ini Guru Honorer di Cirebon Dipecat, Apa Itu?

Redaksi Redaksi
Gegara Kata Ini Guru Honorer di Cirebon Dipecat, Apa Itu?


(dok:kompas.com)


BERKABAR.COM - Kata "maneh" mendadak menjadi perbincangan usai salah seorang guru honorer di Cirebon, Jawa Barat, menuliskan komentar di unggahan Instagram Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil.
"Dalam zoom ini, maneh teh keur jadi gubernur jabar ato kader partai ato pribadi @ridwankamil???" komentar guru bernama Muhammad Sabil Fadhilah itu.
Diberitakan Kompas.com (16/3/2023), pria berusia 34 tahun ini pun dipecat dari dua sekolah tempatnya mengajar.
Sabil menyebut, Ridwan Kamil mengirimkan pesan ke salah satu sekolah dan kantor cabang dinas (KCD).
Setelah menjalani dua sidang, Sabil diputuskan untuk dikeluarkan dari SMK Telkom Cirebon dan SMKS Ponpes Minbauul Ulum.
Viralnya kejadian yang menimpa Sabil diiringi dengan maraknya penggunaan kata "Maneh" di media sosial Twitter.
Bahkan, per Jumat (17/3/2023) pukul 10.00 WIB, "Maneh" menempati posisi kesembilan dalam trending topic Indonesia dengan lebih dari 14.000 cuitan warganet.
Lantas, apa arti kata "maneh" dalam bahasa Sunda?
Arti kata "maneh"
Dosen Program Studi Sastra Sunda Fakultas Ilmu Budaya Universitas Padjadjaran Dr Gugun Gunardi, M.Hum menjelaskan, kata maneh dalam bahasa Sunda berarti "kamu".
Dia menerangkan, "Maneh teh keur..." seperti dalam komentar Sabil memiliki arti "Kamu sedang...".
"Kata 'teh' itu partikel yang hanya ada dalam bahasa Sunda, fungsinya penekanan pada kata maneh," ujar Gugun, saat dihubungi Kompas.com, Jumat (17/3/2023).
Meski demikian, maneh adalah diksi atau pilihan kata yang kasar dan jarang digunakan untuk bertegur sapa dengan orang yang tidak akrab.
Apalagi, lanjut Gugun, digunakan untuk orang yang perlu dihormati, seperti orang tua, orang yang dituakan, atau tokoh masyarakat.
"Jadi ada baiknya untuk menegur orang lain supaya lebih sopan, sebaiknya digunakan kata sapaan: bapak, ibu, ceuceu, teteh, akang, aang, ayi," ungkapnya.
Kata sapaan tersebut, kemudian ditambah atau diikuti dengan nama yang bersangkutan.
Selain itu, pakar bahasa Sunda ini mengatakan, kritik kepada orang lain juga bisa menggunakan kata "anjeun" atau "salira" yang sama berarti "kamu" atau "Anda".
"Agar lebih sopan didengar atau dibaca di dalam media bacaan," kata Gugun.
Penggunaan kata "maneh"
Gugun kembali menerangkan, kata maneh biasanya digunakan kepada orang yang sudah sangat akrab dan berada di dalam obrolan non formal.
Menurut dia, penggunaan maneh di lingkungan formal sekalipun dengan orang yang sudah akrab sekali, masih kurang tepat.
"(Sebagai gantinya) Bisa menggunakan sapaan: Bu, Pak, Kang, Ceu, Teh, dan ditambah nama yang bersangkutan," pungkasnya.

Penulis: Redaksi