Bengkalis

Pengembangan Energy Terbaru Dari Tanaman Hutan Mangrove Nipah

Redaksi Redaksi
Pengembangan Energy Terbaru Dari Tanaman Hutan Mangrove Nipah


Berkabar.com - Kabupaten Bengkalis dipercaya sebagai pioneer pengembangan energy terbaru oleh beberapa Negara dunia yang tertarik untuk berpartisifasi dan sama-sama meneliti serta mengembangakan energy terbaru khususnya bioetanol dari tanaman hutan mangrove nipah (Nypa).

Hal ini terlihat dari kepercayaan lembaga penelitian  dunia yang mengundang peniliti merangkap Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kabupaten Bengkalis Dr. Wan Sopyan Hadi, S.Pi, MT sebagai pembicara konfrensi internasional oleh The World Agroforestry Centre (ICRAF) , The Center for International Forestry Research (CIFOR) dibawah sponsor dari Badan Energi Swedia Kedutaan Besar Swedia di Indonesia serta bekerjasama dengan Badan Litbang Kementerian ESDM, Badan Litbang Kementerian Lingkungan Hidup & Kehutanan dan The Royal Institute of Technology (KTH) di Stockholm, Swedia.

Acara ini dilaksanakan di kantor Cifor Bogor dan Hotel Sangrila Jakarta yang bertemakan: "Developing science- and evidence-based policy and practice of bioenergy in Indonesia within the context of sustainable development".

Undangan yang dipercakan oleh Kabupaten Bengkalis ini diterima dengan mendapat respon oleh Bapak Bupati Bengkalis Amril Mukminin, SE, MM dengan sangat baik dan bangga agar dilaksanakan secara baik supaya membawa nama baik Negara Indonesia, Provinsi Riau khususnya Kabupaten Bengkalis di mata dunia terhadap karya penelitian yang merupakan investasi ilmu pengetahuan bagi khasanah ilmuwan dunia yang tidak ternilai harganya.

Beberapa hal yang menarik dan menjadi forum kerjasama lanjutan dari acara tersebut yaitu adanya peluang dukungan bantuan pendanaan penelitian dari luar negeri seperti swedia serta penerapan ilmu pengetahuan yang diseminarkan tersebut di beberapa Negara yang memilki potensi dibawah  lembaga internasional ICRAF yang bermarkas di Nairobi, Kenya, dengan enam kantor regional yang terletak di Kamerun, Cina, India, Indonesia, Kenya dan Peru.

Serta lembaga CIFOR berkantor pusat di Bogor, Indonesia, dan  beberapa kantor cabang di Nairobia, Kenya, Yaounde, Kamerun, Lima Peru dan 50 negara lainnya.

Bioetanol mangrove nipah menjadi hal yang menarik oleh beberapa peneliti nasional dan internasional untuk di dukung serta dicari solusi pengembangannya karena membutuhkan keseriusan untuk merubah maindset pemikiran dan kebijakan kearah penggunaan energy terbarukan khususnya bahan bakar non fosil yang saat ini Indonesia bukan sebagai negara pengeksport akan tetapi menjadi negara pengimport minyak fosil untuk separuh kebutuhan nasional.

Persentase jumlah kendaraan dari motor roda dua sampai mobil lebih cendrung banyak menggunakan jenis bahan bakar sejenis kelompok gasoline atau bensin dibandingkan solar.

Saat ini pengembangan di Indonesia lebih cendrung bauran ke bahan bakar nabati jenis solar yaitu produk Biodiesel dibandingkan untuk bauran ke bahan bakar nabati premium, pertalite atau pertamax kebentuk bioetanol premium (Biopremium), bioetanol pertalite (Biopertalite) atau bioetanol pertamax (Biopertamax).

Untuk mengembangkan ini diperlukan kepastian hukum dalam pelaksanaannya dan dukungan subsidi ke energi terbarukan bagi penghasil untuk mendapat jaminan bauran secara lokal terhadap daerah atau desa yang memilki potensi kearifan energi terbarukan seperti bioetanol sebagai bagian cadangan energi nasional juga sebagai upaya menekan emisi gas rumah kaca dari polusi penggunaan bahan bakar fosil yang sudah mengkhwatirkan kesehatan.

Begitu juga kondisi saat ini kebutuhan gas LPG untuk memasak masyrakat Indonesia sudah tidak terpenuhi lagi hingga kekurangannya dilakukan melalui Impor sedangakan banyak peluang kearah penggunaan bahan bakar bioetanol untuk memasak.

Menurut Sofyan Hadi, beberapa mesin motor penggerak, mesin pembangkit listrik dan peralatan produksi bioetanol dan matrial yeast mokrobiologi yang mendukung produksi dan pengembangan bioetanol di Indonesia sangat sulit tersedia dibandingkan di beberapa negara maju.

"Pada acara workshop internasional inilah beberapa negara maju Eropa khususnya Swedia akan mencoba membantu dan mendukung menyelesaikan permasalahan energi terbarukan di Indonesia," ujar Sofyan Hadi.

Penelitian lainya yang tampil sebagai pembicara juga berfokus dari sisi kebijakan serta potensi energy terbarukan dari biomassa bamboo, sisa pertanian tangkai beras dan gabah sebagai energy biomasssa dan lain-lainnya.

(rdk/grc)

Penulis: Redaksi


Tag:Pengembangan Energy TerbaruTanaman Hutan Mangrove Nipah